Menu

Friday, July 12, 2019

/
Assalammualaikum. Wr.Wb

Apa kabar sahabat Keluarga Nawra? Hari ini si kakak, harus pulang kembali ke pondok pesantren. Alhamdulillah tidak banyak drama atau pura-pura. Yah, ngak lagi dong. Ini sudah kelas dua, dramanya udah mulai berkurang.

Yang tetap sama adalah barang keperluan dan bawaannya yang banyak. Sebenarnya sih ngak banyak. Namun, ketika pulang liburan sejak tanggal 27 Mei lalu. Si kakak membawa semua barang-barangnya ke rumah. Meski pun dia punya lemari khusus di pondok. Ternyata tidak ada satu pun barang yang dia tinggalkan. Bayangkan saking banyaknya, itu barang dijemput dua kali ama Abah dan si kakak.

Kenapa barang kakak jadi nambah banyak. Padahal ketentuan membawa barang sudah jelas. Semua ada aturannya.

Jadi kemungkinannya begini, selama enam bulan ini, kan si kakak kadang suka minta dibawain baju ini atau barang ini itu. Lalu ketika waktu perizinan (keluar pondok) saat mampir ke rumah. Si kakak, membawa lagi barang-barangnya, seperti baju. Seingat saya, ini benar kejadian. Waktu Abahnya pulang dari Jakarta, dia dibelikan baju gamis. Pas waktu kunjungan baju tersebut kami bawa. Jadi , otomatis barang nambah.

Nah, pas mau masuk ini, tentu saja aturan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Di luar baju sekolah, hanya boleh membawa baju enam stel. Sudah termasuk baju tidur. 

Harta yang paling berharga adalah anak-anak yang shalih (Foto Keluarga Nawra)
Tapi kok masih banyak juga, ini karena dalam tempo waktu sebulan nanti si kakak tidak boleh dikunjungi dan dikirimkan paket. Sama seperti anak baru. Jadi persediannya lebih banyak. Kalo biasanya bisa diberikan atau kami bawa saat waktu kunjungan atau perizinan. Tapi ini tidak bisa, karena aturan masuk ajaran baru ya begitu.

Kami Berangkat Ke Pondok

Mobil kami sedang rewel, jadi hari ini kami berangkat dengan grab. Sedangkan Abah menggunakan sepeda motor. Biar nanti pulang menggunakan motor saja. Waktu berangkat memang banyak barang, kalo pulang sudah kosong.

Kami melewati jalan dua jalur di daerah Wr Supratman atau di Unib Belakang, terus melintasi Desa Sri Katon dan Sri Kuncoro. Jalannnya yang mulus membuat Kanga Athifah dan Dedek Nasya tertidur di kursi belakang. 

Perjalanan ini hanya menghabiskan waktu sekitar dua puluh menit. Dengan kecepatan sedang. Akhirnya kami pun tiba di gerbang asrama putri. Rupanya sudah penuh. Antre mobil masuk cukup panjang. jadinya macet. Kami berangkat dari rumah sekitar jam dua kurang.

Cek Ricek Barang

Jadi, ada yang lucu. Begitu tiba kami langsung antre di bagian cek ricek barang. Tugas ini dilakukan oleh kakak-kakak MA atau jenjang SMA. Mereka ngecek satu persatu, semua barang yang akan dibawa masuk. Ada barang-barang tertentu yang tidak boleh dibawa. Seperti parfum. Biasanya barang yang tidak boleh dibawa itu akan dikembalikan dan dibawa pulang kembali oleh wali murid. Barang kakak, lewat sensor, alhamdulillah.

Habis itu kami duduk santai sambil menunggu Abah datang. Maunya kalo beliau sudah datang, kemudan salah satu dari kami masuk ke dalam pondok untuk mengikuti proses pembagian raport. Abah tadi mengambil titipan camilan duku dari Ayah Zaki, jadi agak lama.

Eh, begitu lama menunggu, ternyata kami belum mengisi absen kedatangan. Jadi ketika ngisi pada bagian jam tiba, maka ditulis jam ketika kami mengisi. Ini, benaran sebuah pengalaman yang tidak asik.

Keluar dari pondok, kami kelaparan (Foto Keuarga Nawra)

Lagipula , meski ini hal yang berulang. namun, perlu juga dibuat alur, bagi yang baru datang. prosesnya bagaimana. Kemana dulu, mengisi data apa dulu dan seterusnya. Nah, ini tidak ada sama sekali. jadi yah, kejadian seperti ini deh. Terlihat juga tidak tertibnya.

Pembagian Raport

Abah datang lumayan lama, tapi tetap berusaha untuk masuk dan menuju ke kelas kakak untuk pembagian raport. Tidak berapa lama, mereka berdua muncul kembali ke hadapan kami. Ternyata  pembagian raport sudah selesai dan wali kelasnya sudah tidak ada lagi. 

Saya pun bertanya kepada beberapa guru yang ada di sekitar ruangan kedatangan. Dengan dibantu oleh ustadzah yang ada. Akhirnya, saya menemui wali kelas kakak di ruang guru. Raport kakak bisa diambil.

Hasilnya tidak mengecewakan, meski belum masuk sepuluh besar, saya tidak kecewa. Sebab fokus kami, untuk si kakak betah dan fokus dulu , ini sudah prestasi yang luar biasa. Tidak mudah membuat anak mandiri, jauh dari orang tua. Termasuk mengenai hapalan, ngaji dan target lainnya yang harus dicapai  santri. Jadi target kami mungkin berbeda dengan keluarga lainnya. 

Saya sempat bertanya kepada wali kelas, apakah rengking dan nilai ini sangat mempengaruhi pada saat pendaftaran untuk masuk ke jenjang selanjutnya.

Menurut wali kelas, biasanya nilai ini menjadi syarat administarsi awal untuk mendaftar ke pondok. Namun selanjutnya tetap akan ada tes, dan tes kemampuan yang lainnya. Terutama yang berkaitan dengan ilmu agama, tajwid adan kemampuan berbahasa. 

Tak berapa lama kakak masuk juga dan menemui wali kelasnya, untuk melihat hasil raportnya. Sama seperti saya, si kakak hanya melihat saja. Saya minta ijin memoto untuk diberikan ke Abahnya. Sedangkan kakak memilih untuk mengembalikan lagi rapotnya supaya tidak hilang. Yah, sebab kata wali kelas, raport boleh dipegang sampai hari senin. Setelah itu harus dikembalikan sebab belum ditanda-tangani oleh pihak pondok. Kebetulan kepala pondoknya sedang berada di luar negeri. 

Menghadapi anak harus sabar dan ikhlas (Foto Keluarga Nawra)
Kami Pulang, Kakak Masuk Pondok Lagi

Usai mengambil raport, kami kembali kumpul lagi di ruang kedatangan tadi. Tadi sewaktu menunggu Abahnya datang, saya sempat membeli minuman dingin, bakso bakar dan rujak. Kami lanjut menghabiskan makanan dan minuman tersebut.

Barang-barang kakak juga mulai diangkat ke asramanya. Satu persatu dibantu oleh Abahnya, sedangkan saya menjaga kedua adik Nawra. 

Saat dua barang terakhir, si kakak bilang , ngak perlu dibantu lagi. Sebab dia bisa mengangkat semuanya. Tapi dia minta dibelikan minuman mineral kemasan gelas dan minuman kopi kesukaannya. Awalnya si Abah menolak membeli minuman tersebutt. Kakak tetap ngotot, sebab botolnya mau digunakan kembali untuk menyimpan deterjen. Satu botol bekas minuman Athifah, satu lagi yang baru ini.

Waktu Kunjungan Habis

Dari pengeras suara, terdengar beberapa pengumuman. Salah satunya memberitahukan batas jam kunjungan yaitu hanya sampai jam 16.20 wib saja. Sebab para santri akan melakukan aktivitas mereka seperti biasa. 

Kami pun berpamitan sama kakak, kedua asiknya juga saling bersalaman, berpelukan. Kepada saya, kakak berpesan minta untuk dikirimkan tabungan. Sebab da butuh uang lebih lantaran tidak dikunjungi dan dikirimin paket selama satu bulan. Padahal itu stok makanan dan snack sudah lumayan banyak. Lalu saya juga memberikan dia uang jajan.

Meski demikian, kakak tetap memelas dan meminta kami untuk mengirimkan dia uang tabungan, agar bisa membeli apa saja yang dia butuhkan. Sebegitu takutnya kakak, kalo kelaparan atau kekurangan uang. Padahal, in sya Allah cukup.

Dan, akhirnya waktu berpisah pun tiba. kami berpamitan, kami pulang beberapa menit sebelum waktu kunjungan habis. Kami pulang dengan menggunakan motor. Tapi Abah tidak membawa helm, jadi kami lewat jalan kelinci saja, supaya tidak nampak oleh polisi.

Doa Terbaik Untuk Anak

Sepanjang perjalanan, saya berdoa banyak dan berulang kali untuk kakak dan kedua adiknya. Saya berharap mereka semua menjadi muslimah yang tangguh, mandiri yang menjaga kehormatan dan kemaluan mereka dengan baik. Selalu mendirikan shalat dan mempunyai suami serta keturunana yang mencintai Allah dan Nabinya. Mencintai islam serta bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan agama ini.

Termasuk berdoa agar mereka semua hatinya lembut,sabar ikhlas, sayang kepada kami orang tuanya, bisa menyejukan hati kami, menurut dan mencintai kami sampai kami tiada nanti.

Semangat kakak, doa terbaik untukmu dan adik-adikmu yah, dari kami orang tua kalian.

Terima kasih sudah berkunjung di blog Keluarga Nawra. Lain waktu datang lagi ya

Powered by Blogger.