Menu

Keluarga Nawra

Showing posts with label Tokoh Nasional. Show all posts
Showing posts with label Tokoh Nasional. Show all posts

Wednesday, November 10, 2021

5 Pemenang Pahlawan IDN Satu Negeri Beragam Inspirasi

/ / 22 Comments
 5 Pemenang Pahlawan IDN Satu Negeri Beragam Inspirasi

Assalammualaikum.Wr.Wb

Hai sahabat Milda, apa kabarnya semoga selalu sehat dan berlimpah rejeki dan kebahagian yah. Bulan November selalu kita semangat dengan keberanian para pahlawan kita. Oleh karena itu di bulan November banyak orang kemudian menciptakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pahlawan.


Salah satu kegiatan yang bertemakan kepahlawan digelar oleh IDN Media, yang telah jauh hari sebelumnya melakukan seleksi untuk pemilihan kandidat sebagai pahlawan IDN


https://www.keluarganawra.com


Pahlawan IDN adalah program independen dari IDN Media yang bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada figur-figur Millennial & Gen Z yang inspiratif dari seluruh Indonesia, yang memberikan dampak positif bagi masyarakat melalui bidang Pendidikan, Lingkungan, Kesehatan, Ekonomi, Teknologi, Proyek Kreatif dan Komunitas.


Para pemenang pahlawan IDN tersebut diumumkan oleh IDN Media bertepatan dengan peringatan hari pahlawan, 10 November 2021 ini.


IDN Media mengumumkan 5pemenang utama dari program Pahlawan IDN. Dengan tagline Satu Negeri Beragam Inspirasi, Pahlawan IDN merupakan program apresiasi bagi figur-figur inspiratif Millennial & Gen Z yang berhasil menginisiasi gerakan positif di bidang Pendidikan, Lingkungan, Kesehatan, Ekonomi, Teknologi, Proyek Kreatif, dan Komunitas.


Para pemenang 5 Pahlawan IDN ini diumumkan secara langsung melalui platform TikTok IDN Media, berikut 5 pemenang utama yang terpilih:



1.Riliv,  diwakili oleh Audrey Maximillian Herli


Audrey Maximillian Herli (kelahiran 13 Oktober 1992; panggilan akrab: Maxi) adalah pengusaha dan pengembang perusahaan rintisan berkebangsaan Indonesia. Maxi bersama kakaknya, Audy Christopher Herli, mendirikan Riliv, sebuah perusahaan rintisan di bidang kesehatan jiwa. Selain itu, Maxi juga mendalami bidang desain pengalaman pengguna dan pengembangan peranti lunak. Pada tahun 2020, Maxi dianugerahi penghargaan Forbes 30 Under 30 Asia.



2.Plana (Plastic for Nature), diwakili oleh Joshua Christopher Chandra


Inisiator sebuah gerakan untuk mengubah perilaku kita dalam menggunakan plastik dan menemukan inovasi dalam mendaur ulang plastik menjadi produk yang lebih tahan lama dan tidak merusak alam kita



3.Mataharikecil Indonesia, diwakili oleh Yasser Muhammad Syaiful


Yasser Muhammad Syaiful terbilang masih muda. Usianya baru 27 tahun. Tapi yang dilakukannya untuk masyarakat sangat luar biasa dan relevan dengan hari ini. Dia mendirikan Komunitas Matahari Kecil, atau biasa disingkat Matcil.



4.BecomeMore Indonesia, diwakili oleh Agalia Sakanti Ardyasa


Bagi mahasiswa Muslim yang tinggal di asrama atau perumahan kampus Amerika Serikat, terkadang sulit untuk mendapatkan makanan bersertifikasi halal, sebagai contoh daging ayam atau sapi yang dipotong secara Islam.


Inilah yang kemudian mendorong Agalia Sakanti Ardyasa, seorang mahasiswi asal Indonesia yang kuliah di University of Wisconsin-Madison, untuk mengusulkan pengadaan makanan halal di kantin kampusnya.


Agalia dikenal sebagai mahasiswi yang sangat aktif berorganisasi di kampus. Selain menjabat sebagai wakil presiden dari Persatuan Mahasiswa Indonesia di AS di wilayah Madison, ia juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) kampus, tepatnya sebagai Equity and Inclusion Committee Chair.



5.Literasi Anak Banua, diwakili oleh Alvian Wardhana


Alvian Wardhana (19) telah terkenal di dunia pendidikan anak berkat Literasi Anak Banua. Platform ini memberi les gratis untuk meningkatkan literasi anak-anak di desa pedalaman Kalimantan Selatan. Meskipun sedikit terhambat pandemi, Alvian tetap menemukan cara agar platform ini bisa tetap berkontribusi, yaitu dengan mendukung guru-guru setempat.



Banyak aspek yang dinilai olwh para juri, antara lain  meliputi orisinalitas dan keunikan ide, tujuan kegiatan, hasil dan sebaran dampak kegiatan di sektor terkait, serta keberlanjutan inisiatif mereka dalam jangka panjang. 


https://www.keluarganawra.com
MC acara Pahlawan IDN


Hadiah Pahlawan IDN


Kelima pemenang utama berhak membawa pulang hadiah berupa sejumlah uang tunai serta dukungan publikasi dari IDN Media selama 1 tahun penuh. Mereka pun berkesempatan untuk bergabung di signature event yang dilangsungkan oleh IDN Media, serta terkoneksi dengan jaringan komunitas masif yang dimiliki oleh IDN Media.


Apresiasi dan Ucapan Selamat Para Juri Pahlawan IDN


https://www.keluarganawra.com
Uni Lubis, Juri Pahlawan IDN


Uni Lubis (Editor-in-Chief IDN Times): 


“Selamat untuk ke-5 penerima anugerah Pahlawan IDN yang baru pertama kali dilaksanakan pada tahun ini. Berfokus pada inovasi dan dampak yang sudah diberikan oleh Millennial & Gen Z, Pahlawan IDN memiliki keunikannya tersendiri. Variasi dari finalisnya pun luar biasa, mulai dari literasi, kesehatan mental, sampai lingkungan. Semoga, dengan anugerah ini, kalian dapat terus menjaga komitmen kalian untuk terus menjaga keberlanjutan organisasi, membangun komunitas yang solid, serta semakin menjamin transparansi dan akuntabilitas kalian. Dengan demikian, peluang-peluang yang lebih baik pun akan terbuka.”


https://www.keluarganawra.com
Najelaa Shihab, Juri Pahlawan IDN


Najelaa Shihab (Pendidik & Pendiri Semua Murid Semua Guru): 


“Selamat untuk para pemenang! Semoga percakapan-percakapan yang telah peserta lakukan dengan dewan juri dapat selalu diingat di sepanjang perjalanan. Teruslah berfokus pada dampak dan keberlanjutan dari kegiatan ini. Memberdayakan pihak lain juga harus dimulai dengan memberdayakan diri kita sendiri, jadi saya harap, akan ada lebih banyak orang yang sadar bahwa diri kita sendiri, adalah perubahan yang selama ini kita nanti-nantikan.”


https://www.keluarganawra.com
Willian, Juri Pahlawan IDN


William Hendradjaja (Chief of Business Skilvul & Managing Partner of SIAP)


“Saya sangat terinspirasi oleh teman-teman yang bahkan sudah berkomitmen untuk melakukan misi sosial dan lingkungan ini di usia yang masih sangat muda. Bahkan, beberapa ada yang masih duduk di bangku kuliah. Terima kasih atas partisipasi teman-teman dan akan apa yang sudah kalian lakukan sejauh ini. Perjalanan kalian masih sangat panjang. Oleh karena itu, jangan lupa untuk mencari support system yang dapat mendukung hal-hal baik yang telah teman-teman inisiasi.”


Tentang IDN Media

IDN Media adalah perusahaan media platform untuk Millennial dan Gen Z di Indonesia, dengan lebih dari 70 juta Monthly Active Users (MAU). Visi kami adalah mendemokratisasi informasi dan membawa dampak positif bagi masyarakat.


Friday, February 22, 2019

Masa Remaja Fatmawati dan Mulai Mengenal Bung Karno

/ / 2 Comments
Masa Remaja  Fatmawati  dan Mulai Mengenal Bung Karno
Assalammualaikum.Wr.Wb

Dear apa kabar Sahabat  Keluarga Nawra

Bulan Februari ini Ibu Fatmawati Soekarno berusia 96 tahun. Keluarga Nawra bersama komunitas Blogger Bengkulu, membuat twibbon untuk mengenang kelahiran Ibu yang berasal dari kota Bengkulu ini. Ibu Fatmawati bukan saja sebagai istri dari Bung Karno, tetapi beliau juga seorang penjahit bendera Merah Putih  dan Alhamdulillah juga sudah mendapatkan gelar sebagai pahlawan Nasional.


Di Bengkulu, rumah kediaman Bu Fatmawati juga masih terjaga dan terpelihara dengan baik. Beberapa tempat umum juga sudah diberi nama dengan nama Fatmawati. Seperti bandara Fatmawati Bengkulu.

Nah, saat ini Keluarga Nawra juga ikutan #NuliSerempak bersama Blogger Bengkulu mengenai Ibu Fatmawati ini dengan tujuan agar makin banyak tersebar informasi mengenai Ibu Fatmawati, sejarah dan kisahnya akan banyak yang ingin mengetahuinya. Apalagi untuk generasi masa depan yang akan mencari akses informasi lewat digital. Sarana menulis di blog sangatlah efektif untuk memberikan informasi tersebut. 


Tulisan ini sebagai besar diambil oleh Keluarga Nawra, dari buku Fatmawati, Catatan Kecil Bersama Bung Karno. Yang diterbitkan oleh Yayasan Bung Karno. Kalian juga bisa mencari informasi lebih untuk mendapatkan buku ini dengan menghubungi

Yayasan Bung Karno  –  Media Pressindo
Jalan Cempaka Putih No 8 Deresan CT X
Gejayan, Yogjakarta 55283
Telp 0274 556043 / 555939
Email : medpressgroup@yahoo.com
Website : www.media-pressindo.com

Jadi tulisan di blog ini mungkin hanya akan memindahkan isi buku ke dalam postingan singkat blog Keluarga Nawra. Agar cerita sejarah tersebut memang murni dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

Kelahiran Ibu Fatmawati

Pada tanggal 5 Februari 2019, hari senin. Jam 12 siang, aku dilahirkan ke dunia. Sebagai anak pertama dalam keluarga suami-istri bapak Hasan Din dan Siti Chadijah di kota Bengkulu, Bengkulu Selatan.

Di dalam buku ini, ibu Fatmawati menuliskan kota Bengkulu, merupakan Sumatera Selatan. Hal ini adalah benar, sebab dulu Bengkulu merupakan salah satu wilayah yang menjadi bagian dari provinsi Sumatera Selatan.

Ayah mengambil Siti Chadijah sebagai istri setahun sebelumnya,dengan restu dan pilihan keluarganya, sesuai dengan adat yang berlaku pada waktu itu.

Ayahku adalah seorang yang taat beragama. Berterimaaksih apabila mendapat rejeki atau syukur dalam hati jika mendapatkan anugerah apa pun. 

Jika akan memulai sesuatu pekerjaan selalu memohon petunjuk-Nya agar dijauhkan dari godaan percobaan. Ayah pernah bercerita padaku, pada malam pengantin, ayah berdoa dengan sebulat hati kepada Tuhan 

“Ya Tuhan, hamba-Mu mengucapkan syukur kepada-Mu karena Tuhan telah memberikan teman hidupku. Ya, Tuhan semoga dalam perkawinan kami dianugerahi anak yang sholeh dan berbakti kepada bangsa dan Negara serta agama.Jika tidak ada gunanya kepada, bangsa, dan tanah air serta agama, hamba rela anakku laki-laki atau perempuan untuk tidak berumur panjang. 

Pertama nama FATMAWATI yang artinya bunga Teratai (lotus) sedangkan nama kedua adalah SITI JUBAIDAH yang diambil dari nama salah satu istri nabi. 

Nama Fatmawati dan Siti Jubaidah ditulis di atas dua potong kertas kecil setelah itu digulung kemudian diundi. Ternyata pilihan jatuh pada kertas yang bertuliskan nama Fatmawati. Itulah nama yang dipakai sebagai pemberian dari kedua orangtuaku.

Buku ini sudah dicetak dengan beberapa desain kover, ini adalah buku dengan desain terbaru.
Panggilan aku di masa kecil ialah, Ma, jadi bukan Fat seperti di kemudian hari.

Masa Sekolah Ibu Fatmawati 

Saat berusia 6 tahun, aku masuk sekolah Gedang (Sekolah Rakyat) . Anak-anak waktu itu kalo hendak masuk sekolah disuruh memegang telinga, disuruh memegang telinga kiri dengan tangan kanan. Jika belum dapat belum diterima. Jika dapat boleh masuk dan diterima sebagai murid Gedang. Aku dapat dan aku diterima

Tapi tahun 1930, aku pindah sekolah menjadi murid HIS (Sekolah Berbahasa Belanda) di jalan Peramuan. Untuk mendapatkan pelajaran agama, di samping mendapatkan didikan dari kedua orang tua,aku juga mengikuti sekolah standar Muhammadiyah, di sore hari yang terletak di jalan Kebun Ros. Seperti anak-anak yang lainnya. 

Setiap hari aku mendapatkan uang saku, sebesar dua setengah sen. Dengan uang itu aku bisa membeli makanan kesukaan aku seperti, nasi uduk, pecel, peyek, cendol, es gunung dan lainnya. Yang berjualan pecel dan peyek adalah ibu-ibu yang berasal dari pulau Jawa.
Jika ada saat yang terluang, ayah suka mengajakku berkeliling kota goncengan sepeda. Duduklah aku di sepan sambil memegang stang (kemudi sepeda) sedangkan ayah mengayuh sepeda dengan tenang dan memberi  tahu hal-hal yang asing bagiku. Seperti gedung –gedung yang megah, kantor-kantor penting, pelabuhan, benteng, atau markas Belanda dan Tapak Paderi. Tapak Paderi adalah bukit dan di puncak ada sebuah tugu peninggalan Inggris.

Dari puncaknya kita dapat melihat di depan mata pemandangan lautan luas dan di belakangnya Benteng Fort Malborough,bekas benteng Sir Stamford Raffles. 

Tmapak belakang buku Fatmawati, yang berisikan pesan dari ibu Fatmawati dan anaknya Guruh

Krisis Rumah Tangga dan Pindah Ke Palembang

Ayah ingin juga mencari pekerjaan baru, sejak aktif di organisasi Muhammadiyah. Ayah  berhenti bekerja menjadi pegawai kantor Belanda. Otomatis pendapatan keluarga kami juga turun naik. Ayah pergi lagi ke Palembang.Untuk sementara kami mmenumpang tinggal di rumah kakak ayah. Rumahnya bertingkat dan terbuat dari tanah dan kayu.

Diibukota Sriwijaya ini aku melanjutkan sekolahku masuk HIS Muhammadiyah di Bukit Kecil duduk di kelas 4. Setahun kemudian aku sudah duduk di bangku kelas 5. Masa yang menggembirakan waktu itu. Aku disegani oleh teman-teman, mungkin karena aku putri Pimpinan Perserikatan Muhammadiyah.

Pindah Ke Kota Curup

Kota Palembang  yang panas dan ramai itu, akhirnya aku tinggalkan. Kami pindah ke Kota Curup. Aku tidak lagi melanjutkan sekolah. Penanggalan sudah menunjuk tahun 1938. Perang dunia kedua satu tahun lagi akan meledak. 

Aku meningkat jadi remaja putri ketika berusia 15 tahun. 

Tampak depan rumah Bung Karno

Awal Berkenalan dengan Bung Karno

Suatu hari ayah pulang dari pasar dan bercerita penuh semangat bahwa pimpinan pergerakan bangsa telah pindah ke Bengkulu dari pengasingannya di Flores. Sebagai pimpinan perserikatan ayah  berkeinginan bersilaturahim dengan tokoh pergerakan tersebut.
Tampak depan rumah pengasingan Bung Karno yang sekarang

“Ir.Soekarno adalah keturunan Jawa-Bali, sedangkan istrinya bernama Inggit Ganarsih putri Sunda , “ demikian kata ayah.

Sebelum keberangkatan kami sekeluarga, ayah menulis surat terlebih dahulu ke Bengkulu yang menyatakan bahwa ayah ingin bertemu dengan Bung Karno.

Belum lama aku menghirup udara segar kota Curup, kira-kira 6 bulan sudah harus kutinggalkan.

Berangkat Ke Bengkulu, Bertemu Bung Karno 

Pada hari yang telah ditetapkan, kami berangkat menuju kota Bengkulu yang kutinggalkan tiga tahun sebelumnya.  Sesampai di Bengkulu, kami menginap semalam di rumah nenek. Keesokan harinya baru kami menuju kediaman Bung Karno.

Masih kuingat aku mengenakan baju kurung warna merah hati  dan tutup kepala voile kuning diborduur. Pada kunjungan itu rombongan kami terdiri dari ayah,ibu, aku dan adik ayah .Kami menuju ke kediaman Bung Karno dengan naik delman.

Tiba di Rumah Bung Karno

Di depan sebuah rumah yang kami tuju, keliatan dua orang, yaitu lelaki dan perempuan. Pertama yang kami ucapkan adalah “Assalammualaikum “ yang dijawab

“wassalammualaikum” lelaki itu tertawa lebar, matanya berseri-seri dan badannya tegap. Perempuan yang berdiri di sampingnya Inggit, istri beliau nampak cantik di kala usia muda dan keliatan lebih berumur dari laki-laki yang tegap itu.

Kami dipersilakan masuk terus ke beranda belakang di mana ruangan ini terbagi dua yaitu ruangan untuk makan dan ruangan untuk tamu. Di sisi sudut kulihat ada sebuah radio. 

Ayah dan Ibu duduk di ruang tamu sedangkan aku duduk di ruang makan bersama Ratna.

Ruang tamu di rumah Bung Karno

Ratna memperlihatkan album yang berisi foto-foto waktu mereka berada di Bandung dan foto-foto Bung Karno dalam pembuangan yang pertama kali di Flores.

Ratna Juami ternyata anak angkat Bung Karno. Anak keponakan dari istrinya, Inggit. 

Di Tawari Biskuit Oleh Bung Karno

Sesekali Bung Karno menawarkan roti biskuit kepada kami. Kuambil dan tidak lupa mengucapkan terima kasih. Saat itu Bung Karno suka tertawa, bukan senyum. Beliau jarang tersenyum. 

Ruang makan yang menghadap ke ruang belakang dan terletak di beranda belakang

Di dalam pertemuan itu aku ditanya dimana aku sekolah. Kemudian aku jelaskan bahwa aku tidak sekolah lagi hanya giat dalam Nasyotul’Aisyah di curup. Kugambarkan kehidupanku di Curup serta kegemaranku terhadap kebun milik famili, memetik buah-buahan.

Dijamin Sekolah Oleh Bung Karno

Kemudian aku ditanya apakah aku bersedia masuk sekolah RK Vakscholl bersama dengan Ratna Juami, anak angkatnya. Di sini aku terbentur syarat-syarat untuk masuk sebab aku hanya tamat HIS kelas 5.

Berfoto bersama di depan rumah Bung Karno, Ibu Fatmawati no 7, no 8 Ratna
Bung Karno menjamin akan mengurus hal itu dan mulai hari itu aku tinggal di rumah Bung Karno. Ayah dan ibu kembali ke Curup untuk mengambil pakaianku yang  tertinggal. Mulai Agustus itu aku tinggal bersama-sama keluarga Bung Karno

Cerita Bersambung….

Nah, sahabat Keluarga Nawra itulah cerita yang bisa dibagikan berdasarkan buku Fatmawati, Catatan Kecil Bersama Bung Karno. Bagaimana awalnya Ibu Fatmawati bertemu denga Bung Karno.

Semoga ulasan ini bisa menambah informasi dan wawasan kamu tentang Ibu Fatmawati yah. Semoga postingan ini juga bermanfaat bagi kalian semua. Salam dari Keluarga Nawra yang saat ini tinggal dan hidup di bumi Fatmawati dilahirkan.

Dari rumah kami menuju ke rumah Bung Karno atau rumah kediaman Ibu Fatmawati tidak terlalu jauh. Letak rumah mereka pun sangat dekat. Jadi jika ingin berwisata sejarah ke rumah keduanya, mudah sekali. Jalan kaki saja bisa !

Yuk, ayoo ajak keluarga berwisata ke Bengkulu  









Powered by Blogger.