Menu

Friday, January 26, 2018

/
Assalamualaikum,  Wr. Wb

Ini adalah pengalaman saya membawa bayu terbang dengan menggunakan pesawat kecil.  Waktu itu rute perjalanan saya dari Bandung  menuju Jakarta.  Saya membawa baby #annasyashazfamafazaa yang baru berusia sekitar 17 bulan.  Kami berangkat dari Bandung,  harusnya  sekitar jam delapan pagi.  Namun karena delay dua kali  akhirnya.  Kami baru terbang ke Jakarta sekitar jam setengah sebelas. 

Berikut ini adalah pengalaman saya membawa Annasya  terbang dengan menggunakan  pesawat kecil. 

Setelah di beritahu bahwa semua penumpang diminta segera naik pesawat.  Saya dan Annasya  juga melakukan hal yang sama.  Kami melewati mesin sensor dan petugas penjaga yang memeriksa identitas dan kelengkapan tiket kami.  Termasuk bertanya berapa usia Annasya.

Alhamdulillah,  semua bisa saya lewati dengan baik. 

Memang agak sedikit repot.  Namun untungnya saya hanya menggunakan satu tas ransel.  Jadi agak lebih praktis.  Semua henpon saya masukan ke dalam tas.  Sebab pernah dulu,  teman seperjalanan saya kehilangan henpon pada saat pemeriksaan  di Soeta.

Saya cerita sedikit ya.  Jadi waktu itu,  teman kami memasukkan henponnya ke dalam wadah plastik yang sudah dipersiapkan oleh petugas.  Setelah lewat mesin sensor.  Ketika akan diambil.  Henpon tersebut raib.  Setelah melapor kepada petugas di cek lewat cctv.  Memang terlihat jelas orang yang mengambil  henpon tersebut.  Namun untuk mencari orang tersebut di bandara tentu bukan hal yang mudah.  Apalagi kami juga keburu waktu harus segera masuk pesawat. 

Jadi,  ya sudah relakan saja henpon hilang.  Titik. 

Dari kasus itu yang terjadi di depan mata Kepala sendiri.  Setiap mau melewati pemeriksaan  di bandara.  Saya ga pernah mau meletakkan henpon atau barang berharga lainnya di wadah plastik itu.  Ga ada jaminan keamanan  akan barang kita.  Jadi lebih aman ya masuk tas saja. 

Lanjut lagi ya dengan cerita saya dan Annasya.  

Setelah semua pemeriksaan  kami lewati,  tidaklah saatnya masuk pesawat.Waktu duduk,  saya memilih dekat jendela.  Suara mesin pesawat terdengar sangat jelas.Harus saya akui,  pesawat  ini kecil sekali.  Jika dibandingkan dengan pesawat lainnya yang pernah Annasya naiki.


Belum ada tanda atau respon apa-apa dari Annasya,  dia masih asik menyentuh  semua yang bisa dicapai tangannya.  Perkenalan dulu. 

Pramugari  sudah selesai memandu penumpang tentang pasangan sabuk pengaman dan informasi  keselamatan  lainnya. 

Suara mesin pesawat kian kencang 

Pesawat pun mulai mencari arah dan mulai berjalan untuk tinggal landas.

Annasya mulai terlihat tidak nyaman.  

Dia meronta ingin meminta dukungan gendong.  Saya tidak mungkin  berdiri.  Saya letakkan  badannya di bahu sambil mengoyang - goyangkan badan.  Seolah seperti di gendong kala berdiri.  Annasya tetap rewel bahkan meronta tambah kencang.
Saat Annasya  meronta itu seolah berbarengan  dengan goncangan yang semakin kuat dari badan pesawat.  Seolah menabrak sesuatu. 

Sepertinya  pesawat menabrak awan. 

Annasya  makin rewel bahkan kali ini meronta sambil berteriak.  Hal ini terjadi  berulang kali.  Bahkan setiap ada goncangan,  Annasya  juga ikut semakin  berteriak. 

Perjalanan yang hanya memakan waktu tiga puluh menit ini.  Terasa  sangat lama.  Saya pun mulai kewalahan.

Saya alihkan pandangan  Annasya  ke luar dengan melihat awan,  dia malah makin berteriak dan meronta. 

Saya coba berikan ASI hanya mau sebentar selanjutnya  menolak tegas.  Ini kan tumben banget ya.  Biasanya  ga pernah nolak. 

Say pun berdoa dalam hati sambil mengusap badan Annasya  supaya dia lebih tenang dan sabar.  Hanya berhasil sesaat.  

Dalam tangisan itu saya merasa Annasya  berkata,  " Turun, adek mau turun Umik!"
Saya merasakan sekali bahwa Annasya  sangat tidak nyaman berada di dalam pesawat saat ini.  Padahal naik pesawat buka kali pertama bagi Annasya. 

Namun, kalo naik pesawat kecil ini adalah pengalaman  pertama bagi Annasya. Ini kursi cuma dua, penumpang juga sedikit antara 60-100 orang.

Akhirnya, tiga puluh menit berlalu.  Pesawat kami mendarat.  Annasya masih belum mau diam dan melepaskan  cengkraman tangannya di bahu saya. 

Sampai  kami tiba di ruang  kedatangan baru Annasya  diam dan Minta turun.  Dia ingin duduk di kursi dan tidak  mau saya pangku. 



Selama perjalanan tadi saya berpikir.  Lain kali ga lagi ngajak bayi naik pesawat kecil lebih repot dan kasihan melihat kondisinya selama perjalanan  tadi.  Sebab dengan pesawat kecil saat terjadi turbulensi atau goncangan,  saat menabrak atau masuk awan.. Semuanya akan lebih terasa.. Itulah  salah satu penyebab  anak rewel,  cemas bahkan ketakutan. 

Selain itu sebelum  terbang,  pastikan 1) Kondisi anak fit,  tidak batuk dan pilek.  Ini akan menyebabkan telinga sakit jika ada terbang dalam kondisi flu atau batuk. Jika memungkinkan bawa saja penyimpan telinga untuk anak 2), Pastikan kondisi perut anak kenyang, ga dalam keadaan lapar 3), Membawa kain gendongan  4) Membawa mainan untuk mengalihkan  perhatian  anak,  5) Siapkan makanan dan minuman untuk anak,  6) Berikan ASI jika masih menyusui. 

Nah,  itu beberapa Tips dari saya ketika terbang dengan membawa anak bayi.  Semoga bermanfaat.  Salam.



1 komentar:

jadi ingat waktu pertama kali bawa Faraz naik pesawat. meski udah naik pesawat besar, 15 menit sebelum landing dia rewel banget, kebetulan waktu itu lagi cacar sih, mungkin krna bosan udah lama di pesawat gak turun2 jadilah mewek mulu, ngASI pun ditolaknya, huhuhuh.
rasanya semua orang udah melilhat ke saya, *tutupmuka pasang muka batu aja :D

Reply

Terima kasih sudah berkunjung di blog Keluarga Nawra. Lain waktu datang lagi ya

Powered by Blogger.