Assalamualaikum, Wr. Wb
Ini adalah pengalaman saya membawa bayu terbang dengan menggunakan pesawat kecil. Waktu itu rute perjalanan saya dari Bandung menuju Jakarta. Saya membawa baby #annasyashazfamafazaa yang baru berusia sekitar 17 bulan. Kami berangkat dari Bandung, harusnya sekitar jam delapan pagi. Namun karena delay dua kali akhirnya. Kami baru terbang ke Jakarta sekitar jam setengah sebelas.
Berikut ini adalah pengalaman saya membawa Annasya terbang dengan menggunakan pesawat kecil.
Setelah di beritahu bahwa semua penumpang diminta segera naik pesawat. Saya dan Annasya juga melakukan hal yang sama. Kami melewati mesin sensor dan petugas penjaga yang memeriksa identitas dan kelengkapan tiket kami. Termasuk bertanya berapa usia Annasya.
Alhamdulillah, semua bisa saya lewati dengan baik.
Memang agak sedikit repot. Namun untungnya saya hanya menggunakan satu tas ransel. Jadi agak lebih praktis. Semua henpon saya masukan ke dalam tas. Sebab pernah dulu, teman seperjalanan saya kehilangan henpon pada saat pemeriksaan di Soeta.
Saya cerita sedikit ya. Jadi waktu itu, teman kami memasukkan henponnya ke dalam wadah plastik yang sudah dipersiapkan oleh petugas. Setelah lewat mesin sensor. Ketika akan diambil. Henpon tersebut raib. Setelah melapor kepada petugas di cek lewat cctv. Memang terlihat jelas orang yang mengambil henpon tersebut. Namun untuk mencari orang tersebut di bandara tentu bukan hal yang mudah. Apalagi kami juga keburu waktu harus segera masuk pesawat.
Jadi, ya sudah relakan saja henpon hilang. Titik.
Dari kasus itu yang terjadi di depan mata Kepala sendiri. Setiap mau melewati pemeriksaan di bandara. Saya ga pernah mau meletakkan henpon atau barang berharga lainnya di wadah plastik itu. Ga ada jaminan keamanan akan barang kita. Jadi lebih aman ya masuk tas saja.
Lanjut lagi ya dengan cerita saya dan Annasya.
Setelah semua pemeriksaan kami lewati, tidaklah saatnya masuk pesawat.Waktu duduk, saya memilih dekat jendela. Suara mesin pesawat terdengar sangat jelas.Harus saya akui, pesawat ini kecil sekali. Jika dibandingkan dengan pesawat lainnya yang pernah Annasya naiki.
Belum ada tanda atau respon apa-apa dari Annasya, dia masih asik menyentuh semua yang bisa dicapai tangannya. Perkenalan dulu.
Pramugari sudah selesai memandu penumpang tentang pasangan sabuk pengaman dan informasi keselamatan lainnya.
Suara mesin pesawat kian kencang
Pesawat pun mulai mencari arah dan mulai berjalan untuk tinggal landas.
Annasya mulai terlihat tidak nyaman.
Dia meronta ingin meminta dukungan gendong. Saya tidak mungkin berdiri. Saya letakkan badannya di bahu sambil mengoyang - goyangkan badan. Seolah seperti di gendong kala berdiri. Annasya tetap rewel bahkan meronta tambah kencang.
Saat Annasya meronta itu seolah berbarengan dengan goncangan yang semakin kuat dari badan pesawat. Seolah menabrak sesuatu.
Sepertinya pesawat menabrak awan.
Annasya makin rewel bahkan kali ini meronta sambil berteriak. Hal ini terjadi berulang kali. Bahkan setiap ada goncangan, Annasya juga ikut semakin berteriak.
Perjalanan yang hanya memakan waktu tiga puluh menit ini. Terasa sangat lama. Saya pun mulai kewalahan.
Saya alihkan pandangan Annasya ke luar dengan melihat awan, dia malah makin berteriak dan meronta.
Saya coba berikan ASI hanya mau sebentar selanjutnya menolak tegas. Ini kan tumben banget ya. Biasanya ga pernah nolak.
Say pun berdoa dalam hati sambil mengusap badan Annasya supaya dia lebih tenang dan sabar. Hanya berhasil sesaat.
Dalam tangisan itu saya merasa Annasya berkata, " Turun, adek mau turun Umik!"
Saya merasakan sekali bahwa Annasya sangat tidak nyaman berada di dalam pesawat saat ini. Padahal naik pesawat buka kali pertama bagi Annasya.
Namun, kalo naik pesawat kecil ini adalah pengalaman pertama bagi Annasya. Ini kursi cuma dua, penumpang juga sedikit antara 60-100 orang.
Akhirnya, tiga puluh menit berlalu. Pesawat kami mendarat. Annasya masih belum mau diam dan melepaskan cengkraman tangannya di bahu saya.
Sampai kami tiba di ruang kedatangan baru Annasya diam dan Minta turun. Dia ingin duduk di kursi dan tidak mau saya pangku.
Selama perjalanan tadi saya berpikir. Lain kali ga lagi ngajak bayi naik pesawat kecil lebih repot dan kasihan melihat kondisinya selama perjalanan tadi. Sebab dengan pesawat kecil saat terjadi turbulensi atau goncangan, saat menabrak atau masuk awan.. Semuanya akan lebih terasa.. Itulah salah satu penyebab anak rewel, cemas bahkan ketakutan.
Selain itu sebelum terbang, pastikan 1) Kondisi anak fit, tidak batuk dan pilek. Ini akan menyebabkan telinga sakit jika ada terbang dalam kondisi flu atau batuk. Jika memungkinkan bawa saja penyimpan telinga untuk anak 2), Pastikan kondisi perut anak kenyang, ga dalam keadaan lapar 3), Membawa kain gendongan 4) Membawa mainan untuk mengalihkan perhatian anak, 5) Siapkan makanan dan minuman untuk anak, 6) Berikan ASI jika masih menyusui.
Selain itu sebelum terbang, pastikan 1) Kondisi anak fit, tidak batuk dan pilek. Ini akan menyebabkan telinga sakit jika ada terbang dalam kondisi flu atau batuk. Jika memungkinkan bawa saja penyimpan telinga untuk anak 2), Pastikan kondisi perut anak kenyang, ga dalam keadaan lapar 3), Membawa kain gendongan 4) Membawa mainan untuk mengalihkan perhatian anak, 5) Siapkan makanan dan minuman untuk anak, 6) Berikan ASI jika masih menyusui.
jadi ingat waktu pertama kali bawa Faraz naik pesawat. meski udah naik pesawat besar, 15 menit sebelum landing dia rewel banget, kebetulan waktu itu lagi cacar sih, mungkin krna bosan udah lama di pesawat gak turun2 jadilah mewek mulu, ngASI pun ditolaknya, huhuhuh.
Replyrasanya semua orang udah melilhat ke saya, *tutupmuka pasang muka batu aja :D
Terima kasih sudah berkunjung di blog Keluarga Nawra. Lain waktu datang lagi ya