Menu

Monday, May 29, 2017

/


Setiap ada yang baru pertama kali berkunjung aau ada keperluan ke rumah saya. Setiap ada yang bertanya alamat rumah di mana. Saya selalu berkata begini. 

Nanti berhenti saja di mushollah atau masjid Al-Amin. Rumahnya dekat mushollah . Tanyakan saja dengan warga yang tinggal di sekitar mushollah. Gang rumahnya hanya berjarak dua rumah dari mushollah itu. Di depan gang ada pohon kelapa Hibrida.

Hasilnya memang dengan menyebutkan nama Mushollah Al-Amin tersebut. Alamat rumah saya jadi lebih mudah ditemukan. Termasuk juga mudah ditemukan oleh berbagai kulir paket dan pak pos. Sebenarnya itu  rumah orang tua saya. Saat ini kami balik dulu ke rumah orang tua. Untuk menemani dan merawat ibu saya yang sudah tua dan sering sakit-sakitan. Rumah kami yang di simpang Nakau untuk sementara kami kontrakan dulu. 

Memang meski sudah punya rumah sendiri, untuk alamat surat menyurat kami masih menggunakan alamat rumah ini. Sebab lebih sering nongkrong dan standbye di rumah orang tua.

Nama mushollah Al-Amin ini saya tidak tahu yang mencetuskannya siapa? Hanya yang saya ingat sewaktu saya kecil dulu. Saya ingat sekali karena almarhum bapak saya adalah ketua RT. Beliau yang juga merupakan salah satu orang yang memperjuangkan berdirinya Mushollah ini. 



Dari awalnya hanya terbuat dari bambu, lalu berubah menjadi papan sampai akhirnya menjadi seperti sekarang. Bapak saya termasuk orang yang berjuang di awal berdirinya masjid ini.  

Namuan sayang , saat saya berusia sebelas tahun atau sekitar kelas lima SD bapak saya meninggal dunia. Selanjutnya kepengurusan mushollah ini dilanjutkan oleh kakak saya Saparwan. Beliau yang memang setiap hari rajin untuk menghidupkan berbagai kegiatan di mushollah. Mulai dari salat lima waktu di masjid. Terutama pada saat Magrib, Isya dan Shubuh. Menghidupkan kegiatan hari besar islam. Seperti perayaan Isra Mikraj, Maulid Nabi. Salat hari Raya Idul Fitri, Idul Adha. Penyembelihan hewan kurban. Penerimaan dan penyaluran zakat dan infak selama Ramadhan. Termasuk juga lomba-lomba yang dilakukan dalam rangka peringatan hari besar islam tersebut.

Sungguh sayang kakak saya tersebut sudah meninggal di tahun 2004 silam, karena sakit. Cerita tentang perjuangan beliau dan kenangan saya bersama beliau serta Mushollah Al-Amin ini saya tuliskan di dalam sebuah antologi yang berjudul Di Masjid Hatiku Terkait.

Kutipan  dari  tulisan saya di buku tersebut 

Pesan terindah dari bapak saya sebelum meninggal

“Bapak tidak meninggalkan harta untuk kalian , hanya satu Masjid yang mulai rapuh dimakan zaman.Masjid ini akan hilang jika kalian tidak menjaga dan merawatnya. Jadikan ia sebagai tempat terindah di hati kalian...!” Suara Bapak kian pelan ,hilang dan berhenti bersama napas terakhirnya.
Masih di salam buku antologi tersebut.



Masjid Al-Amin terletak di tengah pemukiman rumah penduduk dikawasan Jalan Iskandar 6 RT V No 50 Kelurahan Tengah Padang Kota Bengkulu. Bangunannya kini semakin terawat dan terurus. Semakin megah dan rapi. Hanya ini warisan Bapak, agar kami memakmurkan dan mencintai Masjid. Pada awal dulu kami bahu membahu adik-beradik meramaikan semua kegiatan di Masjid ini. Mulai dari sholat, kegiatan keagamaan dan sosial semua berawal dan dibicarakan di Masjid.

Tak jauh atau tepatnya berada di belakang SMP N 3 Kota Bengkulu. Berdekatan juga dengan kantor Kelurahan Tengah Padang.

Bagian dalam, shaf untuk perempuan

Kini Masjid ini adalah warisan terbesar dari Bapak. Juga warisan Kakakku. Kakak yang dulu seiya sekata denganku dalam menggerakkan roda kegiatan Masjid sudah meninggal dalam usia yang relatif muda. Tanpa ia sempat melihat dan menikmati bagaimana perubahan Masjid itu sekarang. Ia meninggalkan kami dalam keadaan yang baik .Kakak  yang suaranya meski kadang diselingi batuk sangat dinantikan pada setiap jam sholat datang. Kini suara itu telah berganti dengan Kakakku yang lain. Menjelang akan nikah beliau pindah kerja  dan mendekat dengan kami sehingga kini dia berada di sekitar Masjid warisan  Bapak.Sungguh di Masjid ini hati kami  anak-anak Bapak saling terkait dan saling memuliakan pesan terindah Bapak.

Bagian depan, shaff untuk laki-laki

Sekarang masjid ini dikelolah oleh kakak saya pas di bawah kakak yang meninggal ini. Beliau saat ini juga rajin mengajak anak dan istrinya untuk salat berjamaah di masjid. Selain itu beliau juga menjabat sebagai pengurus masjid an mengelolah pengurusan ibadah kurban setiap bulannya. Meskipun hanya masjid kecil, Alhamdulillah setiap tahun selalu ada yang memberikan amanah kepada masjid Al-Amin untuk memotongkan hewan kurbannya. Baik sapi atau kambing.

Pemotongan Hewan Kurban
Selain itu suami saya dan anak-anak juga rajin dating berkunjung dan beribadah di masjid. Saya dengan arisan Mandiri. Hampir dipastikan selalu mengadakan kegiatan di masjid ini bersama-sama ibu arisan. Baik untuk kegiatan arisan itu sendiri. Seperti pengajian rutin dan ceramah agama. Atau untuk peringatan hari besar islam. 

Ibu-ibu Arisan Mandiri selesai acara kebesaran islam
Memang masjidnya kecil , hanya muat sekitar seratus orang tetapi fasilitas ibadah dan perlengkapan kematian sudah lengkap. Sebab dikelolah dengan baik oleh para pengurus dan anggota kematian serta anggota arisan Mandiri. Misalnya saja ketika ada warga anggota kematian yang terkena musibah , maka mulai dari menggali kubur, menyiapkan makan untuk pengali kubur, ahli musibah dan para tamu selama tiga hari saat digelar acara takziah. Untuk urusan biaya dan makanan ditanggung oleh persatuan kematian. Di malam takziah, persatuan kematian menyiapkan air serobat untuk para tamu. 

Keranda kematian dan kamar mandi untuk berwudhu

 
Kegiatan salat di masjid ini ramai pada salat Magrib, Isya dan Subuh. Untuk hari jumat karena ini masjid kecil atau sering orang menyebutnya mushollah maka kegiatan salat Jumat tidak dilakukan di masjid ini. Akan tetapi para perempuan secara rutin juga salat berjamaan di masjid dan biasaya juga dilanjutkan dengan ceramah atau pengajian rutin.

Sekarang kondisi masjid Al-Amin sudah sangat bagus dan nyaman. Ruangannya juga sudah bagus.Plafon ruangannya juga sangat diganti dengan kayu dan dicat sehingga menarik


Tempat berwudhu juga sangat memandai dan terawat dengan baik. Air mengalir dengan baik dan lancer.

Tinggal sekarang tugas saya dan keluarga serta masyarakat di sekitar masjid ini untuk memakmurkan masjid. Mengisinya dengan berbagai kegiatan bermanfaat. Menajganya agar tetap tetap terawat dengan rapi, bersih dan nyaman.

Saya selalu terngiang perkataan Bapak,  bahwa Masjid  harus kami upayakan untuk selalu ramai dengan berbagai kegiatan yang baik. Membawa Masjid dalam segala aspek kehidupan kami. Menjadikan Masjid sebagai rumah utama setelah rumah tempat tinggal kami, menjadikan  Masjid tempat mencurahkan hati dan belajar tentang islam. Menebar kebaikan pada sesama.

Tulisan ini dibuat untuk menjawab tantangan dari Blogger Bengkulu dalam #nulisserempak tentang #masjiddibengkulu. Sekaligus untuk mengurai rasa rindu saya terhadap bapak dan kakak saya yang sudah meninggal.

Baca juga ya, tulisan sobat Bobe Komi Kendy

Padang Betuah, Masjid Berusia Ratusan Tahun




5 comments

Masya Allah semoga menjadi catatan amalan Bapak ya, Barokallah buat keluarga yang telah meneruskan wasiatnya

Reply

masjid seperti rumah kedua, seolah merasa telah pulang.. lebih berasa saat perjalanan jauh dri rumah.
Barakallah..

Reply

masyyaallah mbak, syahdu sekali pesan terakhir dari bapak.

Reply

merinding baca pesannya mbak. memang kewajiban kita sebagai umat muslim harus memakmurkan masjid.

Reply

tadi sepi tiba tiba jadi rame gitu ya mba hhe

Reply

Terima kasih sudah berkunjung di blog Keluarga Nawra. Lain waktu datang lagi ya

Powered by Blogger.