Menu

Monday, March 2, 2020

/

Assalammualaikum.Wr.wb

Apa kabar Shabat Keluarga Nawra

Kali ini saya ingin bercerita tentang kejadian pertama kali yang dialami oleh anak kedua kami si Athifah. Yaitu terlambat ke sekolah untuk mengikuti upacara bendera di ahri senin di sekolahnya.

Silakan dibaca dan disimak ceritanya, barangkali ada ibrahnya dan pelajarannya buat ayahbunda dan teman-teman sekalian.


Hari ini pertama kali #Athifah terlambat upacara. Padahal ia sudah bersiap sejak pagi. Karena kendala teknis. Ia akhirnya telat. Senin, (2/03/2020)

Memang hari senin itu, termasuk hari yang bergegas buat Athifah, ia tidak mau terlambat datang ke sekolah. Apalagi terlambat ikut upacara bendera. Oleh karena itu ia sudah mempersiapkan diri untuk bersiap sejak awal dan tidak terlambat datang ke sekolah. Minimal ketika datang, meski mepet-mepet. Akan tetapi tetap bisa mengikuti upacara bendera.

Bagi anak kelas satu, upacara bendera pada setiap hari senin, adalah sebuah aktivitas yang menyenangkan , seru dan juga ditunggu.

Dimana ia akan menggunakan pakaian seragam, menggunakan dasi dan topi serta perlengkapan lainnya seperti ikat pinggang. Penampilan Athifah di hari senin pun akan sedikit berbeda dibanding dengan hari yang lain.

Oh, ya untuk perlengkapan sekolah Athifah, seperti dasi dan topi tidak pernah dikeluarkan dari dalam tas. Sebab Athifah pernah kejadian, lupa membawa topi saat upacara hari senin.

Jam masuk sekolah di hari senin, tepat jam tujuh lewat limabelas menit. Jadi minimal sekali Athifah berangkat dari rumah, sekitar jam tujuh pagi.


Arti Sarapan dan Bekal Bagi Keluarga Nawra

Pada setiap hari senin juga, Athifah selalu minta uang jajan agak lenih di hari biasanya. Jika di hari biasa hanya jajan dua ribu rupiah. Di hari senin, saya memberinya uang jajan lima ribu rupiah.

Meski ada uang jajan, setiap pagi di hari senin dan hari lainnya, Athifah selalu saya upayakan untuk sarapan dan minum susu.Sarapan pagi tidak harus nasi sih, asal perutnya ada isinya dan tidak kosong.

Selain memberi jajan, sarapan pagi, Athifah selalu saya siapkan bekal makan. Saya katakan kepadanya, meski bekal ini tidak habis atau tidak dimakan di sekolah, tidak masalah. Yang penting selalu bawa bekal.

Nanti, kalo Athifah lapar tinggal buka saja bekalnya, misalnya di jam istirahat. Atau saat menunggu jemputan sepulang sekolah. Membawa bekal juga bisa berhemat, Athfah tidak perlu jajan makanan karena lapar.

Untuk minum, saya menyiapkan satu botol yang berisi sekitar 600ml air. Kepada Athifah saya juga katakan, saya minta tolong. Air minumnya sewaktu pulang sudah habis. Jika melihat air minumnya habis, maka saya akan senang.

“Athifah, boleh ngak  minta tolong, kalo pulang ke rumah. Air minum di dalam botolnya sudah habis, jadi pulang ke rumah, hanya membawa botol kosong.”

“Ummi akan senang sekali kalo air  minum yang dibawa ke sekolah itu habis. Apha harus banyak minum supaya sehat dan pintar belajarnya”

Saya dan Athifah membuat kesepakatan begitu, hal ini saya lakukan supaya Athifah juga banyak minum.


Kami Berjalan Ke Sekolah

Athifah akan terlambat ke sekolah

Saya melihat jam, jika berangkat jam segini, maka hitungannya nanti akan terlambat ke sekolah. Saya juga merasa sangat bersalah. Seharusnya kendala teknis ini tida boleh terjadi.

Namun, saya tidak membahas soal kenapa bisa terlambat atau menyalahkan siapa penyebab keterlambatan ini.

Tidak, tidak sama sekali, saya tidak membahas itu. Namun saya lebih fokuskan bagaimana cara membangun kemandirian, kesabaran dan daya pikir Athifah untuk tetap bersemangat ke sekolah. Meski terlambat.

Sebab ada banyak anak-anak yang ngambek karena terlambat ke sekolah an akhirnya memutuskan tidak mau ke sekolah. Hal ini banyak alasannya juga, bisa jadi mental anaknya sehingga malu untuk datang atau masuk ke kelas akibat terlambat. Ada juga yang tidak mau berdiri terpisah di barisan anak-anak yang terlambat.

Dalam Perjalanan, Saya Menguatkan Athifah.

Kami ke sekolah menggunakan motor, Athifah duduk di belakang, tasnya saya letakkan di depan jok motor. Topi dan dasi sudah Athifah gunakan.

Dalam perjalanan, saya pegang tangan Athifah agar memeluk saya . Tangan yang satu lagi memegang topi sekolah. Dan kepalanya bersender di punggung belakang saya erat. Saya berusaha memberikan kenyamanan dan kekuatan. Terlambat sekolah apalagi pertama kali, tentulah membuatnya tidak nyaman.

Begitu sampai...

Saya katakan, tetaplah masuk dan ikuti hormat bendera, berdirilah di antara kakak yang terlambat itu. Saya akan menemani di luar pagar sampai upacara selesai.

Selama upacara , tak sekali pun Athifah menoleh ke belakang. Saya melihat ia berdiri dengan tegap bersama kakak kelasnya yang juga terlambat. Ia dengan gagah berdiri sembari memanggul tasnya. Ia terlihat kuat dan mandiri.

Athifah tidak ingin meletakkan tasnya, agar lebih mudah berdiri selama upacara. Tetapi ia ingin tetap menggunakan tas tersebut sampai akhirnya upacara selesai.

Saya melihat semua itu terharu, dan bersyukur. Anak kecil ini sudah  mulai kuat, paham dan mandiri serta bertanggungjawab.

Saya menepati janji, untuk menunggui ia upacara sampai selesai. Saya menunggu di luar pagar, bersama dengan beberapa orang anak murid dan orang tua yang anaknya terlambat lebih lama, dibanding dengen Athifah dan anak-anak lainnya.

Upacara selesai, terdengar kepala sekolah membacakan beberapa pengumuman penting. Pas pengumuman dan pembagian hadiah Athifah dkk diajak oleh bapak satpamnya mendekati lokasi upacara.

Barulah ia menoleh dan memberi isyarat kepada saya seolah berkata, pulanglah, Apha tidak apa-apa.

Saya pun tersenyum dan melambaikan tangan untuk berpamitan. Saya pun meninggalkan Athifah dengan hati yang tenang dan bahagia. Bersyukur Athifah bisa paham dan mengerti kondisi yang ada dan ia berusaha untuk melewatinya dengan baik.

Terima kasih ya Allah, semoga Athifah menjadi anak yang shalihah, bermanfaat untuk keluarga, bangsa dan negara. Mempunyai harta benda yang barokah, suamid an anak-anak yang shalih yang akan membimbingnya ke surgamu. Aamiin.

Saya sempat berteriak, " Apha semangat!"

Meski terlambat, tetap berikan yang terbaik agar hasil akhirnya tetap baik.


Terima kasih sudah berkunjung di blog Keluarga Nawra. Lain waktu datang lagi ya

Powered by Blogger.