Menu

Sunday, August 8, 2021

/

Asslammualaikum.Wr.Wb

Hai, apakabar semua sahabat #KeluargaNawra. Semoga selalu sehat dan alam lindungan Allah SWT yah. Tetap jaga protokol kesehatan dengan baik dan tertib sebab virus corona belum berakhir.


Oh, ya di zaman pandemi ini kita bisa mengakses banyak informasi dari berbagai platform digital. Oleh karena itu sebaiknya tetap juga waspada dan hati-hati agar tidak termakan hoak, kena penipuan atau keajhatan cyber lainnya.


Dimana pandemi ini juga yang akan kita lalui menuju tahun kedua, banyak aktivitas anak-anak usia sekolah yang dihabiskan di depan laptop dan smartphone. Lebih khususnya untuk smartphone ini adalah handphone dengan berbagai merek android. Selama pandemi, penjualan handphone cukup naik dan banyak dicari orang. Baik barang baru maupun barang bekas. 


mengajak anak nulis dary
Menulis dairy soal apa aja, bebaskan aja dulu


Keluarga Nawra saja menambah satu buah handphone lagi selama pandemi ini. Untuk support kakak Nawra belajar daring, kebetulan awal pandemi ini tahun lalu. Pas kelas dua, si kakak dipulangkan dari pondok. Jadi belajar secara daring dari rumah.


Mengalihkan Aktivitas Anak Dengan Handphone


Mau tidak mau dengan kegiatan daring ini, tingkat aktivitas orang tua dan anak terhadap handphone semakin meningkat. Setiap hari pasti membuka dan menggunakan handphone, kecuali hari libur. Untuk melakukan kegiatan belajar, mengirim tugas dan berkomunikasi dengan pihak sekolah. Tugaspun banyak diberikan dala bentuk link video. Otomatis juga anak terpapar virus nonton yutub, hehehe. Kadang sudah menyimak pembelajaran, ia berselancar ke channel lain. Benarkan, ayah bunda!


Nah, untuk mengurangi kebiasaan anak akses handphone. Saya mengalihkan kegiatan harian mereka dengan belajar bahasa, mengambar- mewarnai, mengaji, mengahapal , membaca buku dan satu lagi yang akan saya bahas di sini adalah MENGAJAK ANAK NULIS DIARY.


Awal Pertama, Anak Tidak Paham


Awal pertama, ketika saya ajak Athifah menulis diary. Ia, terlihat bingung dan ingin tahu lebih banyak. Jadi saya pun, menjelaskan dengan bahasa yang sangat sederhana. Akan tetapi ia juga belum begitu paham.


Lalu suatu hari, kebetulan ada kesempatan keluar rumah bersama, saya ajak Athifah untuk membeli buku diary kecil. Yah, saya pikir dimulai dari yang kecil saja dulu. Nanti jika ia sudah mulai menulis. Bukunya penuh, ia bakal minta buku baru. Nah, baru saya berikan buku yang agak besar.


Saya bebaskan ia memilih bukunya , mau warna apa dan gambar apa. Saya ingat betul, buku diary pertama Athifah, saya beli dengan harga Rp 22.000 di salah satu toko fotokopian di daerah Kapung Bali dekat Kampus Universitas Muhammadiyah Bengkulu.


Waktu dibelikan, ia sangat senang dan berjanji akan menulis hal-hal penting di buku tersebut. Alhamdulillah, pancingan pertama kena nih.


mengajak anak nulis diary
Buku diary pertama Athifah, seharga 22k


Pancingan Untuk Anak Nulis Diary


Waktu di diary pertama, saya tidak memberikan tugas secara terbuka. Hanya mengajak ia menuliskan hal-hal penting di dalam bukunya.


Kebetulan saat itu, kai nonton bersama film Cinderella. Pada bagian ketika Ella pulang dari berdansa, malam itu ia mencatat semua kejadian di malam itu ke dalam buku diary. Tindakan Ella ini kemudian saya jadikan juga pemacu untuk Athifah menulis diary. 


Pancingan melalui film sepertinya efektif juga, masuk nih sama Athifah.


Lalu, ia minta ijin apakah boleh menulis lagu di bukunya. Sebab ia lagi suka sekali dengan lagu-lagu bahasa Jepang. Supaya tidak lupa, ia ingin mencatat di buku diary. Saya perbolehkan, bahkan saya ijinkan juga jika ingin dihiasi. Biar terlihat keren.


Selang beberapa hari, ia juga minta bertanya apakah boleh menulis perkalian di buku diary. Saya perbolehkan. Yah, untuk awal saya biarkan ia menulis apa saja di dala buku diary. Supaya mneajdi kebiasaan, nanti juga ia pasti akan ketemu pola dan akan menulis apa sebaiknya di buku diary.


Buku Diary Penuh, Minta Buku Baru


Ada banyak hal yang dituliskan Athifah ke dalam buku diary. Jadi bukunya cepat penuh. Selain lagu bahasa Jepang, Perkalian, Nama-nama Anime. Ia juga menuliskan keinginannya di hari ulang tahunnya yang ke delapan. Ia menuliskan 8 keinginan , berupa barang yang ingin dijadikan hadiah di ulang tahunnya yang ke 8. 


Selebihnya, yang cerita-cerita pendek tentang kegiatannya di rumah , bersama adik dan kakaknya. Hanya sepotong kalimat pendek. Tapi cukup infromatif. Misalnya, Hari ini aku makan Ayam besama adek sambil nonton video Tan Boy. Memang belum rapi, sebab belum menuliskan waktunya. Tidak masalah, nanti sambil jalan diperbaiki.


Buku diary pertama Athifah sudah penuh, ia meminta buku kedua. Kali ini saya membeli yang ukuran bukunya lebih besar namun tebalnya hampir sama dengan buku diary pertama.


Pada buku kedua, Athifah tidak lagi menuliskan hal-hal yang ia lakukan pada buku pertama. Ia lebih banyak bercerita tentang aktivitas dan kegiatan yang ia lakukan. Baik kegiatan sehari-hari di rumah, kegiatan bersama keluarga atau kegiatannya saat kami melakukan aktivitas di luar.


Tetapi memang masih perlu diingatkan untuk menuliskan waktu dan tanggalnya, kapan ia menuliskan cerita tersebut.


manfaat anak menulis diary
Buku diary kedua Athifah, seharga 13k, lebih besar dan murah


Selain itu, Athifah juga sering bertanya soal padanan kata atau cara mengatur susunan kata yang akan ia tulisa menjadi kalimat. Jadi, ia sering mengarang atau membacakannya terlebih dahulu kepada saya, lalu baru ia tuliskan.


Pelajaran di sekolah juga mendukung aktivitas menulis diary ini. Kebetulan materi pelajaran sekolahnya saat ini membahas dogeng. Jadi ia juga belajar mengenal apa itu unsur-unsur dongeng. Ia belajar soal latar tempat, setting waktu, watak tokoh , amanat. Termasuk belajar soal judul cerita. Jadi cerita yang ia tulisakan di dalam diary. Juga diberi judul.


Ketika Anak Malas Menulis Diary


Dari awal, tujuan menulis diary ini adalah untuk mengalihkan aktivitas bermain handphone yang berlebihan. Jadi , ketika ia mulai tidak mood menulis. Yah, saya alihkan dulu dengan aktivitas lainnya. Misalnya diajak menggambar atau mewarnai. Bisa juga yang paling mudah adalah bermain panggung penyanyi. Dimana ia dan adiknya saya minta untuk bernyanyi lagu kesukaan mereka masing-masing. Saat bernyanyi, mereka akan menyebutkan judul lagunya dan nama negaranya.


Biasanya sih nanti mood nulis balik lagi, atau timbul rasa kangen nulis. Yah, bagaimana kepintaran ayah dan bunda di rumah lagi untuk memotivasi anak agar tetap semangat melakukan aktivitas yang baik, termasuk menulis diary.


Demikian dulu ya cerita soal Athifah yang mulai asik menulis diary. Soalnya si dedek Nasya sudah mulai bangun nih, ia mau minta dibuatkan susu.  Wassalam


23 comments

Wah samaan ya kita,
cuman bang Dio akhirnya menulis diary di blog anakrebahans dan Derry menggambar untuk melatih otot tangannya..

memang kok melatih anak menulis dan menggambar itu meluaskan imajinasi!

Reply

Asiik nih Athifah menulis diary, mau kepoin donk apa isinya, eehh..

Bener banget Mak, semuanya balik lagi ke orang tua bagaimana mengajak mereka untuk menulis. Kalo aku minimal menulis gratitude jurnal setiap hari. Alhamdulillah anakku juga dari SD suka nulis diary dan masih musim dengan di gembok, biar ga dibaca Mama ceunah, tapi akhirny kebaca juga pas udah gede, bikin ngakak dah.

Reply

waaah...tepat banget baca ini pas di hari pertama anak sulung saya menulis diary. Cuma dia menulisnya di laptop karena memang sekalian utk melancarkan mengetik. Tp ini jd ide nih utk anak kedua saya yg kelas 1 SD utk nulis di buku karena dia masih belajar nulis dalam arti yg sesungguhnya (bukan mengetik) :)

Reply

kalo anak perempuan biasanya lebih suka menulis diary ya mba, semacam jurnal gitu, aku dulu masa-sama SD sampai kuliah punya buku jurnal yang isinya curhatan apapun. nah kalo anaknya laki-laki agak chalengging untuk membiasakan dia menulis diary

Reply

Aku baru sadar bahwa semasa kecil suka menulis diary dan akhirnya sekarang doyang menulis, bahkan di blog juga buat buku. Hihi

Reply

toss, Mbak. aku juga mengajarkan anak-anak menulis melalui sarana buku diary. Karena anak-anak punya disleksia ringan, jadi butuh banyak latihan. Agar belajarnya tidak menyiksa, maka dibuat seru dengan menulis buku diary dan melakukan hal-hal yang seru seperti menulis pesan rahasia.

Reply

Aku pribadi juga suka nulis diary tapi nggak nurun ke anak. Kalo diajakin nulis atau bikin blog dianya males hahaha. Susah juga nih memotivasi supaya anak bisa suka nulis.

Reply

Kalau sedang mood, biasanya berapa lama Athifah menulis diarynya?
Anakku yang cewek juga lengket betul sama laptop atau hp, tapi kalau lagi butuh mencatat sesuatu, dia akan ambil sendiri buku diary nya. Jadi bukan karena saya yg atur/minta.

Reply

Kalau anak-anak diary nya di blog tapi ya itu kudu diingatkan buat apdet hehe main game lebih menggoda soalnya tapi setidaknya masih mau menulis

Reply

Gemes banget dengan diary pink nya. Aku juga saat seusia Athifah suka banget nulis diary dan diary ya yang ada gemboknya haha biar nggak bisa dibaca adik-adikku. Nggak cuma diary, aku juga suka koleksi kertas surat. Kebiasaan nulis diary dulu sekarang lebih leluasa menulis di blog nggak perlu pake gembok lagi :)

Reply

Wah diary nya BT21 pantes aja jd semangat nulisnya hehehe... kalo anakku suka banget baca tapi klo diajakin nulis tu masih belum tertarik mbak. Malah sejak pandemi dia jd suka bgt masak padahal emaknya ga jago masak. Emang bakat anak bwda2 ya

Reply

Cakeo nih, Mba.. menulis juga mengasah otak kita biar tidak mudah terkena pikun ya. Saya berasa banget loh jaman remaja dulu sering nulis diary. Tapi anak sekarang memang gampang-gampang susah.. lebih banyak susahnya.. hahaha untuk menulis diary. Anakku bukan mengalihkan handphone mba, saya lebih ke memanfaatkan handphone menjadi suatu yang bermanfaat buat dia, daripada sekedar nonton youtube dan lainnya.

Reply

Bagus ini mba Milda, jadi membiasakan anak utk tidak ketergantungan pada gadget
Selain itu menulis dengan tangan lebih bisa
bisa mengintegrasikan pemikiran dan juga dapat meningkatkan ingatan

Reply

Wah iya ya, anakku mau tak coba menulis. Selain melatih menulis pun bisa menambah kosakata ya dan juga daya berpikir yang lebih nih...

Reply

Awal aku suka nulis sampai jadi blogger itu juga berkat jasa ibu yg rajin membelikan aku buku diary, memaksa aku menulis hal2 yg terjadi di hidupku, ah liat tulisan kecil anak2 ini jadi inget aku dulu

Reply

Alhamdulillah makin asyik Athifah menulis diary. Anak-anakku dulu juga kucoba gitu, Mbak..makin ke sini lebih seneng gambar mereka. Tapi mayan bisa mengalihkan dari terus-terusan screen time

Reply

wah iya, bisa ya meminta anak menulis diary agar tetap mengasah kemampuan menulis tangannya
oke, akan aku coba buat anakku ah, makasih sudah berbagi inspirasi ya mbak

Reply

Buku Diary Athifa lucu banget. Semoga nak Athifa bisa menjadi penulis atau bloger keren seperti mamanya. Makin rajin nulisnya ya Nak. Kalau bukunya penuh, pasti akan dibelikan lagi kok.

Reply

Athifah bisa nih jadi penulis kaya Mbak Milda, hehehe. Jadi ingat kalau dulu saat SD tuh aku juga suka nulis diary ala-ala gitu. Cuma cerita hari ini ngapain gitu aja. Sampai selanjutnya jadi terbiasa. Ini sih yang penting. Terbiasa dulu

Reply

Bener nih sangat inspiratif banget memang perlu banget membiasakan anak untuk soal kebaikan termasuk salah satunya adalah menulis diary

Reply

Anak-anakku ini punya diary yang selalu sama.
Suatu hari, mama diam-diam kepo dan membuka diary kaka dan adik.
Kaget aku.

Apa yang aku temukan?
Tulisan kotak-kotak yang aku gak bisa bacanya.

Dan mereka kasih kunci jawaban di kertas kecil yang diselipkan di buku diary tersebut.

Eaaa~
Kaya yang effort banget jadinya yaa..kudu merubah-rubah tulisan. Kata kakak, supaya Mamah gak bisa baca dan rahasia yang hanya kakak dan adik yang tau.

**puyeng mamak dengan strategi rahasia-rahasiaan mereka.

Reply

Umur berapa anaknya Mba? Maaf kalo terlewat tapi udah baca ulang tadi belum nemu. Habis baca ini rasanya pengen lagi membiasakan anak nulis diary. Dia sebenarnya suka nulis tapi dimana aja, buku tulis biasa sembarang dia tulis, kadang nulis surat curhatan isinya ttg emaknya yg hrni ngomelin dia, hahaha. Kayanya harus beli buku cantik gitu juga biar dia tu "Di sini looo kalo curhat Kaak! " Wkwkwkw

Reply

dengan menulis diary anak jadi berkurang main gadgetnya ya mak, perbendaharaan katanya lebih banyak dan kita sebagai orang tua jadi tau apa yang dirasakan anak. Smeoga anakku nanti bisa begitu juga soalnya aku pas kecil juga nulis diary

Reply

Terima kasih sudah berkunjung di blog Keluarga Nawra. Lain waktu datang lagi ya

Powered by Blogger.